Sidang

-

Hmm, waktu berlalu ya. Gak kerasa gua udah melewati masa malas gua mengerjakan skripsi sialan itu dan sekarang gua menjadi beban keluarga seutuhnya. Nggak ada yang bisa dibanggakan dari tidur, makan, dan berak setiap hari ditambah ngantor di rumah Firman seminggu tiga kali.

Yap, gua menyelesaikan skripsi gua yang berjudul Analisis Tindak Tutur Komisif dalam Debat Calon Presiden dan Wakil Presiden pada Pilpres 2019. Skripsi ini gua selesain di bulan Oktober lalu tanggal 14. Sidangnya bareng Shabrina, Dahana, Saadiah, Teh Ilona, dan A Dzikri di kampus C.

Banyak hal terjadi di hari itu. Dari mulai numpang tidur di rumah A Dwi karena khawatir besok kesiangan, waktu mulai yang lumayan ngaret, sampe sidang bareng Shabrina. Bareng yang bener-bener bareng, satu ruangan dan satu waktu. Momen sih.

Jadi hari itu ada 6 orang yang sidang, gua ada di urutan paling akhir, sesudah Shabrina. Waktu itu udah sekitar pukul 2 lewat dan sidang masih berlanjut, belum ada istirahat siang untuk dosen-dosen yang nguji di ruangan itu. Entah apa yang dipikirkan beliau-beliau ini. Ketika Shabrina masuk ke ruang sidang, gua nyantai dan sedikit buka catetan-catetan gua yang nggak ada maknanya itu, dia keluar buat ngasih tau gua kalo gua disuruh masuk ke ruang sidang dan sidang bareng. Saat itu juga gua langsung rapi-rapi, pake jas gua, dan bawa berkas-berkas yang gua perluin, meskipun akhirnya di dalem nggak kepake. Di dalem, penguji udah cengangas-cengenges. Feeling gua udah gak enak, pasti dikerjain. Bener. Nggak berapa lama, gua disuruh ngambil peci di mobil dosen gua yang ada di parkiran. Setelah balik ke ruangan sidang, gua disuruh pake peci itu dan mereka ketawa sejadi-jadinya. Beliau-beliau melihat gua dan Shabrina seperti sepasang calon orang yang ingin menikah.

Sebenernya gua agak gimana gitu. Sidang yang harusnya ajang gua membuktikan malah jadi ketawa-ketiwi gini. Gua sadar sih, sebenernya skripsi gua ini gak ada apa-apanya, bahkan ketika di dalem pun dihajar abis-abisan. Cuma gua pengen presentasiin jerih payah gua, skripsi yang gua perjuangankan, melawan rasa malas berbulan-bulan walaupun gua pasti ngomongnya a e o a e o. Yah, tapi sudah terjadi, gua anggap itu sebagai proses pendewasaan.

Selesai sidang, keluar dengan rasa lega dan bingung. "Ini gua beneran udahan?"

Setelah itu, kita menerima nilai dari hasil sidang tadi. Alhamdulillah gua dapet nilai yang jauh di atas ekspektasi gua. Sekali lagi alhamdulillah.

Itu sedikit cerita tentang sidang skripsi gua.

Yaudah gitu aja.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arunika Yumna Rinjani

-
adalah nama anak pertama kami. Nama yang sudah saya rancang dari kuliah, kurang lebih di semester akhir dan berniat jika berjodoh dengan Shabrina dan punya anak perempuan, akan saya namai Arunika Rinjani. Kenapa harus Arunika Rinjani dan kenapa namanya sudah ada jauh sebelum saya dan Shabrina bersama dan anak ini lahir? Saya pernah bernazar pada diri sendiri, bahwa ingin mencapai puncak Gunung Rinjani sebelum usia menginjak 27 tahun. Kemudian waktu berlalu, kehidupan berjalan, dan banyak sesuatu terjadi. Menyebabkan sepertinya puncak Gunung Rinjani akan sulit digapai. Gunung Rinjani adalah satu dari banyaknya gunung yang menjadi cita-cita saya untuk bisa didaki. Rinjani tetap menjadi cita-cita saya yang akan saya gapai di umur sebelum 27, yaitu melewati gadis kecil kami ini. Saya tetap bertemu Rinjani di umur sebelum 27 dan saya telah bertemu dengan cita-cita saya. Jadi lahirnya gadis ini adalah cita-cita Ayahnya.  Kemudian kenapa Arunika. Kata ini sebenarnya muncul begitu saja. En...
Baca selengkapnya

[PMS] Perjalanan Menikahi Shabrina

-
Gambar
Assalamualaikum, Dunia. Gua kembali dengan tulisan yang sebenarnya nggak penting-penting amat, tapi tulisan ini suatu saat menjadi penting karena telah menjadi sejarah hidupnya seorang Jimi. * Tulisan kali ini gua beri judul "Perjalanan Menikahi Shabrina". Perlu diketahui, saat gua menulis ini, status gua sudah menjadi seorang suami orang, suami Shabrina. Kita menikah di 29 Oktober 2023 lalu, tepat di hari ulang tahun Shabrina yang ke-26. Perjalanan cinta gua bukan perjalanan yang mulus-mulus aja. Mungkin beberapa temen mengira kalau gua dan Shabrina selama menjalani kisah yang selalu penuh kebahagiaan, kesantaian, dan penuh tawa. Tidak, lawak. Perjalanannya sungguh berat dan banyak pengorbanan yang masing-masing kita keluarkan. * Kilas balik ke 2016. Saat ini gua kenal perempuan ini. Sesuatu yang pasti gua ceritakan kenapa akhirnya gua menyukai perempuan ini ke orang-orang adalah kacamatanya. Orang aneh, jatuh cinta dengan cara yang aneh juga. Unik sekali dunia ini dilihat d...
Baca selengkapnya

Dari Ayah untuk Bapak

-
 Assalamualaikum, Selamat pagi, siang, sore, malam, dan selamat datang kehancuran Indonesia, Pak Joko Widodo. Perkenalkan, Pak, saya Jimi Ahmad Firlana, seorang yang baru tanggal 10 Agustus 2024 kemarin menjadi seorang Ayah. Perjalanan saya menjadi Ayah mungkin baru seumur bibit jagung, tapi saya mulai mengerti bahwa apapun yang anak butuhkan, meski berdarah-darah, akan kita usahakan. Tapi, Pak, usahanya tidak sampai berkhianat pada orang lain. Sebagai seorang Ayah baru, saya melihat Bapak sudah terlalu keterlaluan memperjuangkan apa yang bukan hak anak bapak, dengan mengorbankan hak banyak orang. Pak, meskipun saya seorang Ayah baru, saya tau mana yang anak kita butuh, belum, dan tidak dibutuhkan. Ah, mungkin saya terlalu menggurui Bapak sebagai senior dalam kepala keluarga. Tapi sekali lagi, Bapak sudah keterlaluan. Pak, saya izin mengulik perjalanan Bapak, ya. Bapak lahir di kota yang pertama kali saya datangi 2022 lalu, saya sudah jatuh cinta. Solo, atau nama lainnya Surakarta ...
Baca selengkapnya