Berhenti Percaya pada Pemerintah

Saya Jimi Ahmad Firlana, Ayah anak satu, berhenti percaya pada pemerintah.

Berhenti percaya pada pemerintahan yang zolim pada rakyat, berhenti percaya pada pemerintahan yang menyengsarakan rakyat, berhenti percaya pada wakil-wakil rakyat yang duduk di kursi empuk berpendingin ruangan dan tidur di ruang kerja, berhenti percaya pada peraturan-peraturan nyeleneh yang merugikan rakyat. Saya berhenti percaya pada pemimpin yang punya niat untuk memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan golongan mereka.

Setelah saya berkeluarga, saya hanya banyak mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam atau luar negeri. Banyak yang terjadi, sehingga obrolan hanya dibahas bersama istri saya di kala senggang, seringnya saat makan.

Saya mempunyai prioritas baru setelah berkeluarga, yaitu menjaga keluarga dan putri kecil saya, sehingga saya lalai untuk mengawal ketentuan-ketentuan pemerintah. Terkesan apatis, tapi prioritas saya bukan itu lagi. Ternyata salah, semakin banyak orang-orang yang berpikiran seperti saya, semakin senang mereka-mereka membentuk peraturan yang hanya menguntungkan mereka dan jelas akan merugikan warga sipil.

Paling hangat seperti kotoran binatang yang dijalankan oleh para binatang adalah RUU TNI yang sedang ditunggu oleh para "Yes, Man" di luar sana. Undang-undang yang ketika nanti terwujud bisa membuat kita mati di jalanan ini benar-benar zolim. Tidakkah mereka belajar dari Suharto? Salah satu kenapa dia diturunkan adalah hal serupa semacam ini.

Ayolah, wakilku. Bisakah kalian berhenti membuat kami protes dari ketentuan-ketentuan nyeleneh kalian itu? Tidak cukupkah penderitaan kami yang bisa kalian lihat di media, yang kalian tonton dari kursi empuk di tempat kerja? Maaf, saya lupa. Kalian tertidur.

Saya tidak ada masalah pribadi dengan TNI. Justru saya hormat pada mereka. 2019 lalu ketika saya menjadi relawan di Banten saat tsunami. Kurang lebih seminggu saya di posko bersama Kopaska, saya melihat perbedaan yang terlihat jelas antara TNI dan aparat kepolisian yang banyak oknumnya itu. Mereka menunjukkan respect terhadap sipil seperti saya. Tapi sepertinya, mereka cukup berlatih untuk mengamankan negara ini saja, tidak untuk menduduki jabatan sipil. Tugas dan fungsi itu biarlah dijalankan oleh sipil-sipil jujur dan amanah yang menjalankan roda pemerintahan. Mungkin itu salah satunya saja.

Tulisan ini hanya bentuk keresahan saya pribadi dari berita-berita yang beredar dan menegaskan bahwa saya masih melawan. Saya tetap menerima diskusi-diskusi tentang perlawanan, saya masih mau berdebat tentang ketentuan-ketentuan pemerintah, saya masih mau menentang kesewenang-wenangan, dan saya masih mau hidup untuk keluarga saya di masa mendatang dengan kedamaian, tanpa keluarga saya perlu khawatir saya akan mati di jalanan. Karena saya tidak akan mati di jalanan atau di rumah sakit. Saya akan mati di hutan belantara di gunung Indonesia setelah hilang 13 hari pencarian.


Tertanda, Jimi Ahmad Firlana, yang menentang RUU TNI
3 Maret 2025

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arunika Yumna Rinjani

[PMS] Perjalanan Menikahi Shabrina

Dari Ayah untuk Bapak