Menjadi Ayah
Setahun lebih pernikahan gua dengan Shabrina, setengah tahun lebih Ayuri lahir ke dunia. Gua banyak belajar dari Shabrina tentang bagaimana harusnya menjadi seorang Ayah, tapi gua juga punya paham-paham yang gua buat sebagai Ayah untuk anaknya.
Dari Ayuri lahir, Gua selalu memberikan paham pada Shabrina bahwa Ayuri boleh explore apapun di rumah dalam pemantauan orang tuanya. Ayuri sekarang lagi seneng merangkak dan menuju berdiri serta jalan. Tidurnya juga udah macem-macem gayanya, nggak bisa diem, guling sana guling sini. Gua cuma kebagian 1/8 Kasur, itupun di ujung atau di sisi manapun yang bisa gua isi.
Ayuri jarang gua larang untuk melakukan sesuatu yang dia pengen coba. Seperti dia mau turun dari kasur meskipun belum bisa. Gua bakal biarin setengah badannya jatoh ke lantai dan melihat responnya. Mungkin orang lain akan melihat hal itu seperti sesuatu yang berbahaya, karena memang dia belum bisa. Awalnya pun gua berpikir seperti itu, tapi percayalah, dia baik-baik saja dan justru itu yang membuatnya lebih banyak ingin tahu. Contoh lainnya Ketika Ayuri merangkak dan mendekat ke tembok, gua tidak menghalangi dan takut kepalanya kejedot. Dia gua biarkan, kalo dia jedotin palanya atau gak sengaja kejedot, gua cukup liatin dan tidak langsung merespon. Membiarkan dia terlebih dahulu yang memberikan respon, lalu gua menjelaskan bahwa setiap sebab ada akibatnya, yang mungkin dia belum ngerti. Tapi begitulah cara dunia bekerja. Kita harus memenuhi apa yang kita inginkan, kemudian tahu apa rasanya penasaran, lalu akhirnya menemukan jawaban dari penasaran dan yang kita lakukan itu. Jawabannya buruk atau baik, ya itu tetap jawaban yang diawal kita ingin tahu.
Gua membatasi pergerakan Ayuri hanya ke tempat-tempat yang kotor, karena dia masih suka ngemut tangan dan banyak barang yang dia pegang. Kemudian sudut-sudut tajam.
Treatment ini gua sudah lakukan sejak dia mulai bisa tengkurep. Apakah ada perbedaan? Contohnya siang ini, sebelum gua berangkat kerja. Gua lagi main, menirukan dia merangkak, saling adu banteng, gak sengaja gua terlalu kenceng nyundul keningnya. Dia nangis, tapi hanya kurang dari 5 detik, setelah itu dia tenang kembali dan lanjut main. Tidak gua gendong dan pangku. Hanya usapan kecil dan permintaan maaf. Metode ini terasa efektif. Ayuri nggak gampang nangis kalo ada sesuatu terjadi sama dia, dia gak ragu-ragu kalo mau merangkak, nggak nangis ketika nyoba hal-hal baru kayak nginjek rumput, nginjek aspal, atau mandi air dingin di beberapa kesempatan.
Semua ini gua lakukan tidak dengan proses yang cepat. Gua mengalami masa-masa panik dan kaget ketika dia hilang kendali pas baru belajar duduk, terjungkal pas lagi seneng-senengnya merangkak, dan banyak hal lainnya. Perlahan-lahan, sekarang gua menjadi pemerhati respon ketika dia sedang mencoba melakukan sesuatu yang bisa saya membuat dia sakit. Karena respon kaget dari orang-orang adalah trigger terbesar untuk anak merasa mereka sedang dalam bahaya.
Gua memahami bahwa inilah salah satu cara mengajarkan jika dunia bekerja melalui sistem sebab akibat, dunia tidak selalu berjalan baik, dan banyak hal-hal yang kita inginkan belum bisa terwujud. Kemudian memberikan paham bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil.
Sekarang gua sedang menikmati cara ini, gua akan lihat beberapa tahun ke depan hasil dari metode ini. Tentu gua berharap metode ini bisa membuat Ayuri bisa lebih survive untuk menjalani kehidupannya kelak.
Metode ini mungkin kalau dilihat orang, seperti orang tua yang tidak begitu perduli dengan anaknya. Tapi gua sedang berinvestasi mental, cara berpikir, dan manejemen resiko untuk Ayuri besar nanti.
Yaudah gitu aja.
Komentar
Posting Komentar