Prinsip Pak Jimi
Perkenalkan kembali, saya Jimi Ahmad Firlana. Saat ini usia saya 25 tahun sedang menuju 26 di tahun ini. Dan saya seorang Bapak.
Saya menikah dengan perempuan impian saya 2023 lalu, kemudian kami dikaruniai putri cantik di tahun 2024. Ketika anak saya lahir, Ibu berguyon, "Anak-anak punya anak". Perjalanan hidup kadang terasa cepat, kadang melambat. Saya yang merasa baru saja lulus kuliah, saat ini sudah harus bertanggungjawab dan menghidupi dua perempuan titipan-Nya. Saya tidak memungkiri jika perjalanannya tidak mudah, terutama perjalanan cinta dengan Shabrina, pun demikian dengan bertambahnya putri kami. Banyak kesulitan dan lebih banyak kebahagiaan yang Saya rasakan.
"Ternyata begini rasanya Bapak saya dulu merawat anak manusia", begitulah kata yang berputar di kelapa setelah beberapa bulan ketambahan anggota. Saya mengakui jika saya tidak sebegitu mahirnya merawat seorang anak, khususnya putri. Saya juga tidak ikut kelas parenting. Saya mencari atau kebetulan menemukan informasi-informasi yang sudah berjalan sesuai alogaritma sosial media yang saya miliki. Sejak hendak menikah, Shabrina hamil, sampai Ayuri lahir, alogaritma sosial media mengikuti apa minat Saya. Dari situlah saya belajar. Tapi tidak semuanya saya ambil. Ada beberapa prinsip-prinsip yang saya pegang dari pengalaman Ibu-Bapak, Umi-Abi, Teteh-Abang, dan rekan-rekan sejawat yang sudah memiliki anak.
Semuanya saya usahakan bisa. Tapi saya memegang teguh prinsip kehidupan. Cara bertahan hidup di dunia yang akan tidak selamanya mudah. Membentuk karakter yang kuat menghadapi permasalahan, dari yang kecil sampai yang besar. Karena selama lebih 25 tahun hidup, dunia ini tidak menuruti apa kemauan kita. Tapi kita bisa menciptakan suasana dan pengalaman supaya lebih enjoy menghadapinya.
Contoh kecil yang sudah saya alami adalah membiarkan bayi kecil kami merasakan perasaannya. Ketika jatuh saat belajar duduk, saya lihat ekspresi apa yang dikeluarkan. Atau saat tidak sengaja terbentur daun pintu ketika sedang saya gendong, saya lihat dulu responsnya. Apabila tidak apa-apa, saya berlalu seperti tidak terjadi apa-apa. Namun ketika mengeluarkan ekspresi sedih, baru akan saya sambut dengan tidak mengatakan "Gapapa", anak berhak mengakui perasaanya sedini mungkin. Jika sakit, katakan sakit. Tidak membohongi apa yang dirasakan dengan mengatakan semua baik-baik saja. Tidak apa tidak baik-baik saja, tapi tidak dengan berlarut-laut. Saya lebih suka mendiamkannya, lalu memberikan pengertian yang mungkin saja belum bisa dimengerti, bahwa setiap sesuatu yang terjadi bekerja dengan prinsip sebab-akibat. Saya senang menceritakan bagaimana dunia ini bekerja pada Ayuri, berharap dia dapat mengerti sedini mungkin tapi tanpa mengurangi masa kanak-kanaknya.
Saya akan membebaskan minat Ayuri mau ke arah mana. Asalkan tiga profesi yang sepakat tidak saya dan Shabrina dukung; Polisi, angkatan bersenjata, dan pejabat negara. Alasannya sudah kita tahu semua, tidak usah tutup mata dibalik kata oknum. Khusus angkatan bersenjata karena UU TNI yang kita semua tahu busuknya. Kami membuat batas-batas yang jelas, yang bisa dia pilih jalur lain yang tidak bertentangan dengan prinsip kami. Dengan mengarahkan minat kepada hal-hal baik, selanjutnya diberikan hak untuk memilih, lalu kami mendukung.
Terlalu jauh sepertinya, ya? Ayuri baru saja mengunyah sendok makan dilapisi MPASInya. Tapi itu prinsip yang saya pegang.
Saya selalu belajar untuk menjadi Bapak yang ketika dibutuhkan, ada. Ketika ditanya, punya jawaban. Dan ketika melakukan kesalahan, tidak menghakimi.
Saat ini Ayuri masih kecil, akan kami penuhi kantong cintanya dengan memberikan semua yang kami bisa berikan dengan mempertimbangkan bahwa yang kami berikan adalah hal-hal baik.
Seru sekali menjadi Bapak. Sebenarnya saya tidak menyangka akan seseru ini. Rasanya seperti rollercoaster yang selalu melaju ke bawah, merasakan keseruan dengan adrenalin berpacu. Tapi di beberapa momen, rollercoaster-nya naik perlahan membuat Saya merasakan ketegangan dan bertanya-tanya apa di depan sana.
Apapun di depan sana, akan saya hadapi dengan label Bapak. Tujuan hidup saya saat ini adalah tetap hidup. Karena ada orang yang hidupnya bergantung pada Saya. Hidup Bapak.
Yaudah gitu aja.
Komentar
Posting Komentar