Commuter Line
Aku memilih untuk banyak belajar dari apa yang aku lihat, dengar, dan rasakan.
Suatu ketika, aku sedang berjalan jauh dengan trasportasi umum bernama Commuter Line. Anak muda seumuranku baru saja masuk bersamaku ke dalam sebuah gerbong. Lalu, ia langsung duduk di sebuah tempat duduk yang kosong. Aku? Memilih berdiri di tempat favoritku; samping pintu. Beberapa stasiun berlalu, ada seorang ibu paruh baya masuk. Ia terlihat lelah seperti sudah dipecundangi hari.
Lantas apa yang terjadi?
Anak muda seumuranku tadi langsung memejamkan matanya. Memang keadaan dalam gerbong itu cukup penuh. Tempat duduk pun penuh setelah melewati beberapa stasiun.
Ironis. Ia memilih tidur dibandingkan memberikan tempat duduknya kepada ibu tadi.
Aku memperhatikan sejenak, lalu kemudian orang itu datang, mencari orang yang pantas tempat duduknya diberikan kepada ibu tadi. Lalu berdirilah perempuan yang kelihatannya baru saja pulang dari kantornya. Berkalungkan lanyard, rambut terkuncir, dengan rok sebetis. Ia berdiri dan mempersilakan ibu itu duduk menggantikannya. Lalu, ia bertengger disamping pintu sepertiku, tapi di pintu yang lain.
Artinya apa? Tidak ada. Karena tulisan ini bukan untuk mengartikan, tapi memberikan kewarasan kepada diri sendiri.
Komentar
Posting Komentar