Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Jakarta Tidak Mengubahku

Gambar
Aku masih sama Masih memakai baju yang begitu-begitu saja Masih memakai sepatu kets buluk itu Masih mengendarai motor yang sama Masih menikmati orek tempe dengan ikan teri Masih meminum air yang sama Masih dekil seperti kamu terakhir lihat Masih bisa tidur di depan ruko yang sudah tutup Masih bodoh. Obrolan bodoh terakhir yang kamu dengar, masih sering keluar di waktu yang tak tentu Masih tidak berkaca ketika pergi ke mana pun Masih tidak sisiran Masih dengan sarung yang sama Masih terlihat belum mandi meskipun sudah mandi Masih tidur gaya helikopter Masih sayang Ibu dan Bapak Yang terpenting, masih mencintai orang yang sama Yang berbeda adalah ketika kita bertemu, berbincang cukup lama, dan kamu menemukan perbedaan itu

Setelah Perjalanan Terakhir #1

Sudah lama sekali tidak menulis di blog yang jauh dari layak ini. Ah, layak atau tidaknya, gua sendiri yang menilai. Toh, tulisan-tulisan di sini tidak gua khususkan untuk publikasi ke orang banyak, melainkan untuk bahan kenang-kenangan gua nanti. Saat gua nulis, mungkin tulisannya nggak bergitu berharga. Tapi, beberapa tahun lagi, gua yakin tulisan ini penuh memori kenangan yang nano-nano rasanya. Oke. Jadi, di tulisan kali ini, gua mau certain perjalanan panjang gua setelah gua mengakhiri Perjalanan Terakhir. Untuk pertama kalinya, gua buka cerita ini ke media. Sebelumnya, gua menutup-nutupi kehidupan gua setelah perjalanan terkahir itu. Dimulai dari mana, ya? Dimulai dari kepulangan gua deh.  *** Saat gua pulang dari Solo, tujuan akhir waktu itu adalah rumah Angga. Setelah sampe rumah Angga, paginya, gua dan Uwo harus ke Serang gua memenuhi janji untuk naik Gunung Karang sama Pabrik Pigur saat itu. Skip lah bagian ini. Sampailah di mana gua kembali bekerja di Untir...

Formaldehyde

Jika kita bertemu di kehidupan yang lain, aku ingin kita bisa bertukar segalanya. Jika cocok denganku, mungkin kerudung segiempatmu juga ingin aku kenakan sebagai pengganti slayer-ku yang sudah usang dimakan zaman nabi Jika kita bertemu di kehidupan yang lain, aku ingin membicarakan apa saja denganmu. Dari gigi hiu yang bisa dengan cepat tumbuh, letusan Gunung Krakatau tahun 1883, kerusuhan 98, drama Korea, pocong Mumun, Kominfo, hingga kapan warga Afrika bisa hidup sejahtera Jika kita bertemu di kehidupan yang lain, aku masih tetap memilihmu untukku menghabiskan waktu sampai kita bertemu di kehidupan yang lain lagi Jika kita masih bertemu di kehidupan yang lain, aku masih akan memilihmu, menghabiskan waktu bersama sampai kehidupan berakhir dan bertemu di kehidupan yang lain Jika kita bertemu lagi di kehidupan yang lain untuk kelima kalinya, aku masih akan memilihmu, menghabiskan waktu bersama sampai jadi debu  Purwokerto, 3 Agustus 2022

Eye to Eye

Seminggu yang lalu, While She Sleeps ngerilis single terbaru, judulnya Eye to Eye. Sebenernya gua udah tau kalo mereka ngerilis single ini di hari kedua, tapi gua mau nunda dengerin lagunya dan berniat bikin video reaksi pertama kali ngedengerin lagu ini. Di beberapa lagu yang gua suka, kadang gua suka ngeliatin video orang yang nonton dan bikin reaksi pas pertama kali denger lagu. Beberapa dari mereka, reaksinya hampir sama kayak gua, yaitu terkagum-kagum. Reaksinya juga macem-macem. Entah itu audio officialnya aja, video klip, bahkan sampe video live dari band tertentu. Sampe akhirnya gua kepikiran buat bikin beginian juga. Awalnya gua mau bikin pas BMTH ngeluarin Die4u di hari pertama, eh gua malah kelupaan buat bikin video itu. Akhirnya larut sendiri di lagunya. Baru sekarang ini gua bikin di lagu Eye to Eye. Entah buat apa. Tapi sementara buat kenang-kenangan nanti aja. Gak penting juga. Ya, kembali pada lagunya. Lagu ini rilis di tanggal 15 April 2022. Trailernya muncul di satu ...

Rumah Pesakitan

Saat ini, yang gua inginkan adalah kabur dari rumah sakit ini dan pergi ke warung mie ayam terdekat. Menyantap semangkuk mie ayam komplit dengan racikan saos, sambal, dan kecap gua sendiri. Bau makanan rumah sakit sungguh memualkan. Sial. Gua makin gak mau mati di rumah sakit.

Ramadan dan Bersyukur

Gambar
Selama gua hidup, gua telah berjumpa dan ikut meramaikan perhelatan Bulan Ramadan selama 19 kali. Gua masih inget pertama kali gua ikut puasa. Waktu itu gua masih umur 5 tahun, SD kelas 1 di Bandung. Hari kesekian gua ikut puasa. Waktu siang, abis dzuhur, gua diajak temen sekelas gua buat ke rumahnya. Gua lupa namanya siapa. Rumahnya cukup mewah untuk ukuran rumah di kampung. Ada rumah yang luas, halaman luas, dan mobil sedan yang entah apa mereknya. Kita menyelinap ke samping rumah, berenti di sebuah gang yang bersebelahan sama jendela di rumah dia. Dia masuk ke rumah lewat jendela seperti maling, satu menit kemudian keluar sambil membawa sebotol marjan yang isinya udah disulap jadi air tawar dingin yang diambil dari lemari esnya. Kita jongkok di gang itu dan bergantian menenggak botol penuh dosa itu. Rasanya segar. Lebih segar daripada air wudhu yang gua minum saat hendak Salat Dzuhur beberapa hari kemudian. Setelah itu, kita ke lapangan bola, meneduh di salah satu saung, dan berpura...

[Ruang Opini] Sarjana Anu, kok Kerja Anu?

Gambar
" Sarjana anu, kok kerja anu? " Begitulah kata utusan setan satu ini. Harusnya kita sama-sama tahu, bahwa mencari pekerjaan di saat seperti ini cukup sulit. Lapangan kerja memang ada, tapi lowongan untuk fresh graduate  apakah banyak? Oh, tentu banyak. Tapi, apakah lapangan kerja tersebut untuk semua jurusan? Belum tentu. Maka dari itu, berhenti berkata, " Sarjana anu, kok kerja anu? ". Saat kata-kata itu terlontar dari mulut siapapun, percayalah, mulutnya mengeluarkan bau seperti sampah. Dikutip dari Kompas , pengangguran di Indonesia tahun ini mencapai 9,1 juta. Ya, itu manusia, bukan uang. 9,1 juta orang mungkin sedang sibuk mencari pekerjaan. Dan pada tahun lalu, kurang lebih 80 % sarjana tidak bekerja linier dengan jurusan saat ia kuliah. Saya rasa, beberapa memang memiliki ketertarikan di luar bidang pendidikannya, beberapa lagi mungkin terpaksa untuk sesuap nasi yang bisa dimakan dan seteguk air yang bisa diminum. Banyak orang-orang meluluhkan ego dan membuan...

Tulus

  Hati-hati di Jalan

Pemuda Ngapak

Gambar
Di satu hari, saya melanjutkan perjalanan pulang. Dari Solo menuju rumah. Tapi saya dan kawan perjalanan menyempatkan mampir ke tempat pemuda Ngapak bernama Suta. Kawan lain yang saya kenal saat masuk dunia perkuliahan di Untirta. Kawan yang membawa saya pada sebuah pendakian pertama dan menemani pada pendakian dan perjalanan-perjalanan lainnya. Blek. Itulah panggilan kesayangan saya kepadanya. Saat ini, ia sedang melanjutkan pendidikannya di Purwokerto. Mengabdi pada sebuah lembaga kerelawanan bernama Rumah Kreatif Wadas Kelir. Manusia ini menerima dan menyambut kami dengan nasi goreng, mendoan khas Banyumas yang hangat, bergelas kopi, dan beberang tembakau yang siap dilinting. Karena lelah perjalanan, kami hanya berbincang hingga pukul 1 dini hari. Padahal banyak yang ingin kami tukar. Rindu, cerita, dan tawa. Paginya, saya disambut oleh obrolan religius dari seorang tokoh di tempat tersebut. Beberapa hal baru saya ketahui setelah kurang lebih satu jam berbincang dengan berdiri. Pagi...

Sajak U

Gambar
Jaga dirimu Aku menabung dulu Untuk aku, keluargaku, semoga juga untuk dirimu Jika nanti memang tak bertemu Semoga kamu bahagia selalu Bersama siapapun yang memang sudah takdirnya untukmu Bersama siapapun yang dapat membuatmu bahagia di kala sendu Tapi, semoga itu diriku Yang sedang menabung dulu Melupakan beberapa mimpiku Namun mengejar salah satu mimpiku Mimpi untuk bersamamu

Gelap

Di jalan panjang yang gelap itu, aku ternyata sendiri Hanya ada aku dan cahaya lampu yang sudah menyala sebelum aku datang Aku memilih jalan ini, karena aku rasa, aku akan lebih cepat sampai Ya, memang aku lebih cepat sampai Tapi aku meninggalkan semuanya di persimpangan jalan Yang lain menyusuri jalan ramai dan terang benderang bersama-sama Sedangkan aku menyusuri jalan gelap sendirian Akhirnya memang akan bertemu di ujung jalan yang sama Tapi di persimpangan tadi, aku tanggalkan impian, cita-cita, teman, sahabat, dan idealisme Aku memilih menyusuri jalan gelap sendirian Mungkin banyak yang menyayangkan, mengapa aku akhirnya memilih jalan ini Setelah memilih untuk melewati jalan ini, aku memilih untuk tidak banyak bercerita tentang kenapa aku memilih jalan gelap ini Dan jalan gelap seperti apa yang aku pilih

Perjalanan Terakhir: Akhir dari Sebuah Petualangan

Gambar
Sebelum saya bercerita sedikit tentang perjalanan kali ini, saya ingin berterima kasih kepada kawan perjalanan saya, Satrio dan Angga Saputra. Tanpa mereka, perjalanan seru ini mungkin tidak akan seseru ini, atau mungkin tidak akan terjadi. Dua kawan perjalanan yang tidak perlu diragukan lagi ketangguhannya. Mulai dari berangkat dengan sepeda motor. Menempuh jarak sekitar 600 KM, mereka masih bisa tertawa di antara kantuk saat mengendarai sepeda motor, masih bisa tersenyum setelah malam panjang di perjalanan yang melelahkan, masih mau menahan bool panas yang beradu dengan jok motor. Sampai pada akhirnya waktu pulang, setelah menelan 1000 KM lebih, mereka masih mau tertawa di antara motor mogok saat tengah malam. Tak lupa juga kepada kawan perjalanan yang lain, Wahyu Saputra, Aziz Fauzi, Djilzaran Nurul, dan Bayu Suta. Terima kasih sudah bergabung, menampung, dan memeriahkan perjalanan ini. Serta orang-orang baik yang ditemui selama perjalanan. - Semua berawal dari Kota Solo. Setelah me...